Topic: - '08 Visits (O'seas)
Di tengah panasnya hubungan Malaysia dan Indonesia, kehadiran angkasawan Malaysia Sheikh Muszaphar Shukor ke Indonesia kemarin cukup menyejukkan. Selain berbagi cerita tentang pengalamannya, pria rupawan itu mengaku keturunan Indonesia.
Ada yang berbeda saat sosialisasi acara tanam dan pelihara pohon di Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, kemarin (tanggal 15/12). Biasanya, perhatian wartawan maupun masyarakat tertuju pada seorang pejabat negara yang membuka dan terlibat pada acara itu. Namun, popularitas Menristek Kusmayanto Kadiman sebagai pejabat utama dalam acara tersebut, kali ini kalah dengan sosok seorang pria rupawan yang juga duduk di barisan terdepan. Dialah Sheikh Muszaphar Shukor, angkasawan Malaysia yang telah menyelesaikan tugas pada Ramadan lalu.
Kedatangannya dengan memakai baju antariksawan dengan bendera Malaysia di dada memang menarik perhatian. Kehadiran sosok pria berusia 35 tahun dengan tinggi 180 cm itu membuat kaum hawa yang hadir di Bosscha berebut untuk sekadar berfoto dengannya.Saat ditemui, Muszaphar yang aslinya berprofesi sebagai dokter ortopedi tampak ramah dan bersahabat. Saat Jawa Pos (grup Radar Lampung) mencoba memperkenalkan diri, ternyata Muszaphar akrab dengan harian yang juga terbit di Malaysia itu. "Ah, saya tahu koran Anda. Beberapa kali saya sempat tengok. Cukup jauh juga koran Anda bisa sampai di Malaysia," ujar pria kelahiran 27 Juli 1972 itu memulai pembicaraan.
Pria yang mengaku masih lajang itu menyatakan sangat senang berada di Indonesia. Terutama kedatangannya bertepatan dengan konferensi perubahan iklim di Bali. "Perubahan iklim memang harus segera diselesaikan. Apalagi isu tersebut adalah isu dunia," ujarnya.
Kedatangan pria yang pernah berprofesi sebagai model itu sebagai wakil Kementerian Pengembangan Ilmu dan Teknologi Malaysia untuk membicarakan langkah kerja sama dengan Kementerian Ristek RI. Selain itu, maksud kedatangannya yang tidak kalah penting adalah berbagi pengalaman saat berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama 12 hari sejak keberangkatan pada 10 Oktober lalu. "Kedatangan saya juga memberikan motivasi dan berbagi mindset kepada anak-anak Indonesia yang ingin menjadi angkasawan," ujarnya.
Menurut Muszaphar, Indonesia adalah tanah air kedua baginya. Dia mengaku masih memiliki darah keturunan Minangkabau. "Nenek dari bapak saya lahir di Minangkabau. Jadi, saya sangat nyaman di sini," ungkapnya. Garis keturunan itu membuat Muszaphar masih urang awak (orang kita) bagi masyarakat Minangkabau.
Mengenai awal mula tertarik dunia astronomi, Muszaphar mengingat-ingat kehidupannya saat kecil. "Saat berumur 10 tahun, saya sangat terinspirasi oleh angkasawan Yuri Gagarin (kosmonot Uni Soviet yang menjadi manusia pertama yang melihat keindahan bumi dari ruang angkasa hampa udara)," ujar Muszaphar.
Dengan menekuni bidang science, Muszaphar menyatakan terus memelihara asanya agar suatu waktu bisa menjadi angkasawan. "Saya menjadi dokter juga karena itu, ingin menjadi angkasawan," ujarnya.
Akhirnya, harapan tersebut terkabul juga. Lewat situs resmi Badan Antariksa Rusia tiga tahun lalu, negeri Beruang Merah itu membuka pendaftaran bagi masyarakat Malaysia untuk menjadi angkasawan yang akan diluncurkan di ISS pada 2007. Angkasawan itu ditugasi melakukan eksperimen dari sel kanker dan protein yang dibawanya dari bumi. "Saat itu saya tidak berpikir lama untuk mendaftar," ujarnya.
Ternyata yang berminat menjadi angkasawan pertama Malaysia membeludak mencapai 11, 425 calon. Melalui berbagai seleksi teknis dan psikologis yang ketat, akhirnya Muszaphar terpilih bersama salah satu calon angkasawan lain, Faiz Khaleed.
Sejak pertengahan 2006, Muszaphar dan Faiz harus mengikuti latihan di Pusat Antariksa Yuri Gagarin, Kota Star, Moskow. Berbagai latihan, mulai adaptasi dinginnya udara Rusia hingga penempaan mental, dijalani keduanya.
Pemerintah Malaysia saat itu hanya mendapat satu tempat dari kedua calon angkasawannya tersebut. Karena itu, selama masa latihan setahun tersebut, Malaysia menerapkan sistem poin akumulatif. Berdasarkan poin tersebut, pada 24 September lalu, PM Abdullah Ahmad Badawi menyatakan Muszaphar sebagai angkasawan pertama Malaysia, mengalahkan Faiz. "Kami sebenarnya punya peluang yang sama. Poin Faiz hanya kalah sedikit dari saya," kata Mushapar.
Saat terpilih, Muszaphar berharap kedua orang tuanya bisa menyaksikan langsung detik-detik keberangkatannya pada 10 Oktober. Namun, karena alasan kesehatan, kedua orang tuanya membatalkan rencana tersebut. "Waktu itu memang ingin sekali, tapi tak apa-apa asal orang tua saya sehat," ujar Muszaphar.
Saat di angkasa, Muszaphar sebelumnya berharap bahwa dirinya bisa merasakan kebesaran Tuhan. Pria yang memeluk agama Islam itu juga menyatakan, keberangkatan saat Ramadan menjadi motivasi lebih baginya untuk menjalankan ibadah puasa. "Saya sudah bertekad berpuasa dan salat lima waktu selama di angkasa semesta," ujarnya.
Ternyata, harapan itu menjadi kenyataan. Muszaphar mengaku, saat pertama melihat bumi dan sejumlah benda langit di angkasa, dia merasakan betapa kecil dirinya di hadapan Tuhan. Apalagi, melihat betapa indahnya bumi dari angkasa. "Melihat bumi dari angkasa semesta. Itu tidak terlukiskan. Bumi begitu hidup dibanding benda-benda langit lain," ujarnya menggambarkan.
Saat menjalankan puasa pun, Muszaphar mengaku tidak pernah bolong. Menu sahur setiap hari hanya terdiri atas sayur-sayuran dan daging yang telah dibekukan dari bumi. Untuk salat pun, Muszaphar hanya bertayamum lewat media dinding-dinding tembok ISS.
"Setiap hari kami mengelilingi bumi 16 kali. Biar tidak terlewat waktu salat, pedoman saya sejak hari pertama adalah waktu di Kazakhstan," ujarnya.
Saat Lebaran pun, Muszaphar merayakannya di luar angkasa. Sebab, masa tugasnya baru berakhir pada 22 Oktober. Untuk merayakannya, Muszaphar sengaja membawa makanan Malaysia khas Lebaran yang dibagi-bagikan kepada dua rekan, kosmonot Rusia Yury Malenchenko dan astronot Amerika Serikat (AS) Peggy Whitson. "Lebaran yang tidak terlupakan, menyenangkan sekali," ujarnya bangga.
Muszaphar menyatakan, pelajaran utama yang didapat saat berada di luar angkasa ternyata bukan hasil penelitian dibawa kembali ke bumi. Menurut dia, pelajaran paling penting adalah bagaimana masyarakat dunia bisa lebih menghargai segala ciptaan Tuhan. "Terutama, bagi warga muslim adalah bagaimana kita tidak lalai untuk menunaikan kewajiban. Tuhan telah sangat baik kepada kita," ujarnya dengan semangat.
Ketika pulang, Muszaphar harus menghadapi kenyataan pahit. Sepulangnya di Malaysia, Muszaphar menerima berita duka bahwa adiknya, Sheikh Mustafa Shukor Al Masrie, meninggal pada Sabtu (27/10) malam. Menurut kabar, adiknya koma enam hari akibat terpeleset di sebuah restoran. "Kehilangan orang yang dekat dari kita tentu sangat berat. Namun, itulah ujian Tuhan kepada saya," ujarnya.
Namun, melalui berbagai pengalaman manis dan pahit itulah, Muszaphar menyatakan begitu termotivasi untuk bisa memberikan semangat kepada anak-anak agar bisa berprestasi setinggi langit. Menurut dia, anak-anak harus memiliki cita-cita tinggi saat kecil sehingga itu bisa menjadi pemacu.
"Saya pun tidak pernah menganggap saya angkasawan Malaysia. Saya adalah angkasawan Melayu. Karena itu, bagi seluruh anak-anak Melayu, saya selalu ingin berbagi pengalaman dan motivasi saya," ujarnya.
Selain itu, kepada calon angkasawan Indonesia saat ini, Muszaphar berharap mereka terus meningkatkan kualitas teknis dan mental. Kesempatan menjadi angkasawan saat ini begitu besar asal seorang calon angkasawan benar-benar berkomitmen. "Untuk angkasawan Indonesia yang dulu, saya pikir mereka tidak gagal. Mereka hanyalah tidak beruntung. Karena itu, manfaatkan setiap kesempatan sebaik-baiknya," ujarnya memberi semangat.
Sumber: Radar Lampung Online